Welcome

***SELAMAT DATANG DI PPDI KOTA SERANG***

TERKINI

SYEKH ASTARI DAN SYEKH MUSTAYA BINUANG

            Seperti dikisahkan sebelumnya, bahwa Syekh Astari satu qurun dengan delapan sahabat yang kemudian menjadi ulama besar. Di antara delapan sahabat itu adalah syekh Mustaya Binuang. Ia adalah teman Syekh Astari sejak di pesantren Bunar asuhan Syekh jaliman. Kemudian keduanya menjadi murid dari Syekh Nawawi Mandaya yang juga adalah satu pesantren ketika di pesantren Bunar.
            KH. Maujud bin Syekh Astari mengkisahkan pertemuannya dengan Syekh Mustaya untuk pertama kalinya. Ketika itu KH. Maujud masih mesantren di KH. Suhaimi Sasak.
            KH. Maujud datang ke Binuang bersama seorang temannya untuk bersilaturahmi dan memohon do’a. ia melihat Syekh mustaya sedang duduk dengan mata ke langit-langit rumah. KH. Maujud mengucapkan salam. Tapi Syekh Mustaya masih diam terpaku dengan mata masih menatap kosong ke langit-langit. Terpaksa KH. Maujud dan temannya duduk tanpa dipersilahkan setelah mencium tangan Sang syekh. Lama terjadi keheningan di antara mereka.
            Setelah beberapa saat terdiam KH maujud kikuk melihat Syekh Mustaya tetap terdiam, akhirnya ia mengawali pembicaraan: “Yai, saya kesini mau memohon do’a”. mendengar KH Maujud berkata demikian Syekh Mustaya menggebrak meja sambil mengatakan: “Kamu juga kan bisa berdo’a, ngapain minta-minta doa.pada saya, Abahmu Syekh astari itu mesantrennya bareng ama saya”. KH maujud dan temannya kaget karena gebrakan meja itu, dan heran karena Syekh Mustaya mengetahui bahwa ia adalah putra Syekh Astari padahal ia belum pernah silaturahmi kepada Syekh mustaya. Pertemuan itu adalah pertemuan pertama.
            Syekh Mustaya adalah kiayi yang kharismatik dan penuh karomah. Selain mengajar santri ia juga sering berceramah di berbagai tempat. Zaman itu masih banyak masyarakat yang bila mengadakan hajat menanggap ubrug, jaipong, golek dan kemaksiatan lain. Tak jarang waktunya berbarengan dengan ceramah Syekh mustaya. Para jawara telenges sering merasa gerah dengan adanya ceramah syekh Mustaya yang sering menyinggung orang menanggap jaipongan dan sebagainya. Akhirnya para jawara mengadakan berbagai macam upaya untuk menggagalkan ceramah Syekh Mustaya.
            Di suatu ceramah tiba-tiba speker yang dipakai Syekh mustaya ceramah mati karena kabelnya ada yang memotong. Akhirnya Syekh Mustaya mengambil sandalnya untuk dijadikan sebagai mix, akhirnya suara Syekh mustaya menggema di loudspeaker seperti menggunakan mix sungguhan.
            Dilain acara ceramah yang barungan dengan tanggapan ubrug, syekh Mustaya menggerakan teko yang berisi kopi kepada para hadirin dari kejauhan. Teko ini menuangkan kopi kepada para hadirin satu persatu tanpa ada orang yang memegangnya. Sehingga orang-orang yang semula menonton ubrug jadi penasaran untuk menghadiri ceramah Syekh Mustaya.
            Kembali kepada kisah kunjungan KH. Maujud kepada Syekh mustaya.
            Syekh Mustaya menceritakan kepada KH. Maujud kisah tentang waktu ia dipesantren bersama Syekh Astari. Menurut Syekh Mustaya, Syekh astari adalah sosok yang sukar dicari tandingnya akan akhlak dan lain sebagainya.
            Syekh astari adalah orang yang mempunyai akhlak yang sangat sempurna ketika di pesantren. Ketawaduannya kepada teman tidak ada bandingnya. Setiap mengaji di hadapan guru ia selalu datang sebelum guru datang. Dan di dalam pengajian ia duduk bersama teman ketika berdesakan selalu menaikan paha temannya di atas pahanya. Ia hanya mau memberi tak mengharap diberi. Ia hanya mau memangku tak berharap di pangku. Ia hanya mau membahagiakan tak mengharap balasan.
            Teman yang sering di sandinginya adalah syekh Mustaya, maka Syekh Mustayalah yang sering pahanya ditumpangkan di atas paha Syekh astari. Suatu ketika ketika Syekh Astari tidak ada Syekh Nawawi mengatakan kepada seluruh para santri bahwa ia melihat cahaya terang dari wajah Astari dan menganjurkan kepada para santri untuk tidak berbuat yang kurang baik kepada Syekh Astari.
            Ketika mendengar penuturan Syekh Nawawi itu, syekh Mustaya tidak mau lagi menumpangkan pahanya di atas paha Syekh Astari walaupun Syekh Astari memaksa. Tapi tetap saja sepanjang pengajian keduanya hanya sibuk menumpangkan paha temannya kepada yang lainnya. Sehingga Syekh Mustaya akhirnya mengalah.
            Ketika tiba giliran mengaji berikutnya, Syekh Mustaya sengaja datang terlambat agar bisa menjauhi syekh astari. Ia tahu pasti syekh Astari akan masuk majlis sebelum syekh Nawawi datang. Setelah ia memastikan syekh Astari duduk di majlis, barula ia masuk majlis dan sengaja ia duduk jauh dari tempat Syekh astari. Ketika Syekh mustaya sedang asik mengaji betapa kagetnya ia karena Syekh Astari telah berada di sampingnya dan telah menumpangkan paha syekh Mustaya di atas pahanya sendiri.
            Syekh Mustaya menceritakan bahwa Sekh Astari hanya mempunyai satu pakaian untuk dikenakan. Bukan karena ia tak punya. Keluarganya adalah keluarga yang berkecukupan. Tapi karena bila ia mempunyai dua baju atau lebih, maka ia akan segera memberikannya kepada orang lain. Ia hanya mau mempunyai baju satu saja yaitu yang menempel di badannya. Ketika satu baju ini di cuci ia berendam di dalam air sampai bajunya kering.

            Begitu juga bila ia pulang dari rumah membawa beras, lauk pauk dan sebagainya maka sesampainya di pesantren semua beras dan yang lainnya ia bagikan kepad teman-temannya. Sementara ia melalui hari-hari berikutnya dengan kepasrahan kepada Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar