Di masa perang, Syekh Astari gigih memberikan
semangat kepada para pejuang untuk siap berperang merebut kemerdekaan. Ki
Busyro mengisahkan bila saatnya tiba para tentara berperang, maka Syekh Astari
mempersiapkan gentong yang berisi air kemudian para tentara itu satu persatu
diberi minum dan di mandikan oleh Syekh astari agar hatinya bersih dan penuh
keikhlasan dalam berperang. Selain itu untuk menambah keberanian tentara.
Karena sebagian dari keistimewaan putra-putra Banten adalah memiliki bakat
keberanian yang turun temurun. Air yang diberikan syekh astari itu hanya
menambah dan mengasah keberanian yang telah melekat ada di dada putra Banten.
Takut, adalah kata yang tak diajarkan bagi putra Banten sejati. Keberanian
adalah jiwa, dan akhlak adalah hiasanya.
Sebelum
kemerdekaan, Sukarno mendatangi Syekh astari untuk bersilaturahmi dan
memusyawarahkan bagaimana supaya Indonesia cepat merdeka. Ketika itu Syekh
Astari sedang bikin sebuah sumur, Sukarno pun ikut bersama syekh astari
memperhatikan para tukang penggali sumur. Sukarno memang sering berziarah ke
Cakung sejak muda. Disela-sela kesibukannya menggalang para pejuang
kemerdekaan, Sukarno menyempatkan waktunya untuk memenuhi hasrat batinnya
berziarah ke para wali termasuk kepada para wali di Cakung.
Ki
Hamzah dari Talaga cisoka mengisahkan bagaimana pertemuannya dengan syekh
Astari di serang. Syekh astari menyatakan Indonesia bisa merebut kemerdekaan
dengan perjuangan dan do’a. Syekh Astari menyarankan kepada orang-orang yang
mampu untuk pergi haji ke Makkah dan berdo’a di hadapan ka’bah untuk
kemerdekaan Indonesia.
Ketika
Ki Hamzah hendak mesantren ke Rangkas Bitung bersama sekitar lima orang
temannya melalui stasiun tenjo, ia bertemu dengan dua orang yang berpakaian
rapi. Kedua orang itu bertanya “mau kemana, dik?”. Ki Hamzah dan teman-temannya
menjawab “Kami mau mesantren di rangkas Bitung dengan kreta, pak”. “O,
kebetulan Kami juga mau ke Rangkas, biarlah adik semua bareng dengan Kami
saja!”. Tanpa menolak Ki hamzah dan teman-teman menuruti ajakan dua orang tersebut.
Mereka satu gerbong dengan keduanya. Semua ongkos Ki Hamzah dan teman-teman di
tanggung keduanya, bahkan seluruh penumpang di gerbong itu biayanya ditanggung
mereka berdua.
Rupanya
tanpa disangka, tujuan Ki Hamzah dan teman-teman sama dengan kedua orang yang
berpakaian rapih itu, yaitu pesantren di daerah rangkas. Setelah tiba di
pesantern itu, rupanya di pesantern itu sedang ada acara pertemuan akbar. kedua
orang ini memang sedang ditunggu. Ki Hamzah dan teman-teman heran, siapakah
kedua orang yang bersama mereka di kreta itu. Mengapa mereka berdua begitu
ditunggu dan dielu-elukan. Ketika memasuki pintu gerbang ada orang berseru
“Selamat datang kepada IR. Sukarno pejuang kemerdekaan Indonesia”!.barulah Ki
Hamzah dan teman-teman tahu bahwa orang yang bersamanya adalah Ir. Sukarno
seorang pemuda yang selama ini menjadi buah bibir anak bangsa akan
kesemangatnya memperjuangkan Indonesia merdeka. Dalam pidatonya Ir. Sukarno
mengatakan Indonesia harus merdeka pada tanggal 17 agustus 1945.
Setelah
beberapa tahun mesantren di Rangkas, ketika Ki Hamzah telah berada di Cisoka.
KH. Ahmad Khatib pidato di cisoka bahwa Indonesia akan merdeka pada tanggal 17
agustus 1945, sama dengan pidato Ir. Sikarno di Rangkas.
Kemudian
Ki Hamzah pergi Ke Makkah Al Mukarromah untuk menunaikan ibadah haji ia bertemu
dengan Syekh Astari cakung di rumah Syekh Nawawi di Syib Ali. Kemudian mereka
berdo’a di depan ka’bah untuk kemerdekaan Indonesia.
Dalam
kisahnya Ki Hamzah meriwayatkan bahwa selain bertemu dengan Syekh Astari ia
juga bertemu dengan Syekh Nawawi Tanara.dan Syekh hasan bashri. Padahal Syekh
Nawawi Tanara dan Syekh Hasan Bashri telah wafat ketika itu. Apalagi syekh
hasan Bashri telah wafat sekitar tigaratus tahun. Pertemua dengan para ulama
yang wafat adalah hal yang lumrah dalam dunia pesantren. Karena orang-orang
mulia itu sebenarnya tidak mati.
Menurut
Ki Hamzah, setelah berdo’a bersama Syekh astari, Syekh Hasan Bashri dan Syekh
Nawawi, Syekh Hasan Bashri Cakung mengatakan “Kalau sudah berdoa semuanya harus
segera pulang ke Jawa untuk mengawal kemerdekaan Indonesia!”. Akhirnya semuanya
sepakat untuk segera pulang, namun kapal yang mengangkut mereka tidak ada.
Kemudian Syekh Hasan bashri bertanya “siapa yang bisa menyiapkan kapal?.
Kemudian Syekh Hasan Bombay mengatakan saya siap menyiapkan lima kapal” kata
Syekh Hasan bahsri “ kalau Cuma lima masih kurang, siapa lagi yang bisa
menyiapkan sisanya?” kemudian ada seorang janda kaya namanya Nyi ratu Juriah
yang sanggup menyiapkan tiga kapal. Akhirnya mereka dan para orang-orang Banten
dan nusantara yang berada di makkah pulang ke Indonesia.
Akhirnya
sampailah rombongan kapal dari makkah ini di Tanjung Priuk. Kemudian Ki Hamzah
pulang ke Cisoka. Di sepanjang jalan dari tangerang sampai Cisoka dia melihat
rombongan bebek yang digiring orang. Panjangnya iringan bebek ini tidak
putus-putus sampai Cengkudu. Menurut Ki Hamzah ini pertanda bahwa belanda pergi
dari Indonesia dengan hina seperti bebek-bebek itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar