Welcome

***SELAMAT DATANG DI PPDI KOTA SERANG***

TERKINI

SEMANGAT SYEKH ASTARI UNTUK INDONESIA MERDEKA

          Di masa perang, Syekh Astari gigih memberikan semangat kepada para pejuang untuk siap berperang merebut kemerdekaan. Ki Busyro mengisahkan bila saatnya tiba para tentara berperang, maka Syekh Astari mempersiapkan gentong yang berisi air kemudian para tentara itu satu persatu diberi minum dan di mandikan oleh Syekh astari agar hatinya bersih dan penuh keikhlasan dalam berperang. Selain itu untuk menambah keberanian tentara. Karena sebagian dari keistimewaan putra-putra Banten adalah memiliki bakat keberanian yang turun temurun. Air yang diberikan syekh astari itu hanya menambah dan mengasah keberanian yang telah melekat ada di dada putra Banten. Takut, adalah kata yang tak diajarkan bagi putra Banten sejati. Keberanian adalah jiwa, dan akhlak adalah hiasanya.
Sebelum kemerdekaan, Sukarno mendatangi Syekh astari untuk bersilaturahmi dan memusyawarahkan bagaimana supaya Indonesia cepat merdeka. Ketika itu Syekh Astari sedang bikin sebuah sumur, Sukarno pun ikut bersama syekh astari memperhatikan para tukang penggali sumur. Sukarno memang sering berziarah ke Cakung sejak muda. Disela-sela kesibukannya menggalang para pejuang kemerdekaan, Sukarno menyempatkan waktunya untuk memenuhi hasrat batinnya berziarah ke para wali termasuk kepada para wali di Cakung.
Ki Hamzah dari Talaga cisoka mengisahkan bagaimana pertemuannya dengan syekh Astari di serang. Syekh astari menyatakan Indonesia bisa merebut kemerdekaan dengan perjuangan dan do’a. Syekh Astari menyarankan kepada orang-orang yang mampu untuk pergi haji ke Makkah dan berdo’a di hadapan ka’bah untuk kemerdekaan Indonesia.
Ketika Ki Hamzah hendak mesantren ke Rangkas Bitung bersama sekitar lima orang temannya melalui stasiun tenjo, ia bertemu dengan dua orang yang berpakaian rapi. Kedua orang itu bertanya “mau kemana, dik?”. Ki Hamzah dan teman-temannya menjawab “Kami mau mesantren di rangkas Bitung dengan kreta, pak”. “O, kebetulan Kami juga mau ke Rangkas, biarlah adik semua bareng dengan Kami saja!”. Tanpa menolak Ki hamzah dan teman-teman menuruti ajakan dua orang tersebut. Mereka satu gerbong dengan keduanya. Semua ongkos Ki Hamzah dan teman-teman di tanggung keduanya, bahkan seluruh penumpang di gerbong itu biayanya ditanggung mereka berdua.
Rupanya tanpa disangka, tujuan Ki Hamzah dan teman-teman sama dengan kedua orang yang berpakaian rapih itu, yaitu pesantren di daerah rangkas. Setelah tiba di pesantern itu, rupanya di pesantern itu sedang ada acara pertemuan akbar. kedua orang ini memang sedang ditunggu. Ki Hamzah dan teman-teman heran, siapakah kedua orang yang bersama mereka di kreta itu. Mengapa mereka berdua begitu ditunggu dan dielu-elukan. Ketika memasuki pintu gerbang ada orang berseru “Selamat datang kepada IR. Sukarno pejuang kemerdekaan Indonesia”!.barulah Ki Hamzah dan teman-teman tahu bahwa orang yang bersamanya adalah Ir. Sukarno seorang pemuda yang selama ini menjadi buah bibir anak bangsa akan kesemangatnya memperjuangkan Indonesia merdeka. Dalam pidatonya Ir. Sukarno mengatakan Indonesia harus merdeka pada tanggal 17 agustus 1945.
Setelah beberapa tahun mesantren di Rangkas, ketika Ki Hamzah telah berada di Cisoka. KH. Ahmad Khatib pidato di cisoka bahwa Indonesia akan merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, sama dengan pidato Ir. Sikarno di Rangkas.
Kemudian Ki Hamzah pergi Ke Makkah Al Mukarromah untuk menunaikan ibadah haji ia bertemu dengan Syekh Astari cakung di rumah Syekh Nawawi di Syib Ali. Kemudian mereka berdo’a di depan ka’bah untuk kemerdekaan Indonesia.
Dalam kisahnya Ki Hamzah meriwayatkan bahwa selain bertemu dengan Syekh Astari ia juga bertemu dengan Syekh Nawawi Tanara.dan Syekh hasan bashri. Padahal Syekh Nawawi Tanara dan Syekh Hasan Bashri telah wafat ketika itu. Apalagi syekh hasan Bashri telah wafat sekitar tigaratus tahun. Pertemua dengan para ulama yang wafat adalah hal yang lumrah dalam dunia pesantren. Karena orang-orang mulia itu sebenarnya tidak mati.
Menurut Ki Hamzah, setelah berdo’a bersama Syekh astari, Syekh Hasan Bashri dan Syekh Nawawi, Syekh Hasan Bashri Cakung mengatakan “Kalau sudah berdoa semuanya harus segera pulang ke Jawa untuk mengawal kemerdekaan Indonesia!”. Akhirnya semuanya sepakat untuk segera pulang, namun kapal yang mengangkut mereka tidak ada. Kemudian Syekh Hasan bashri bertanya “siapa yang bisa menyiapkan kapal?. Kemudian Syekh Hasan Bombay mengatakan saya siap menyiapkan lima kapal” kata Syekh Hasan bahsri “ kalau Cuma lima masih kurang, siapa lagi yang bisa menyiapkan sisanya?” kemudian ada seorang janda kaya namanya Nyi ratu Juriah yang sanggup menyiapkan tiga kapal. Akhirnya mereka dan para orang-orang Banten dan nusantara yang berada di makkah pulang ke Indonesia.

Akhirnya sampailah rombongan kapal dari makkah ini di Tanjung Priuk. Kemudian Ki Hamzah pulang ke Cisoka. Di sepanjang jalan dari tangerang sampai Cisoka dia melihat rombongan bebek yang digiring orang. Panjangnya iringan bebek ini tidak putus-putus sampai Cengkudu. Menurut Ki Hamzah ini pertanda bahwa belanda pergi dari Indonesia dengan hina seperti bebek-bebek itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar