Setelah pulang dari Mandaya, Syekh
Astari pulang ke cakung. Sesuai amanat gurunya ia mengamalkan ilmu semampunya
di tengah masyarakat cakung. Umurnya waktu itu sekitar tigapuluhan. Tidak ada
riwayat yang jelas apakah ketika itu ia sudah menikah ataukah belum. Pada zaman
dahulu sudah lazim santri yang telah layak menikah mempunyai isteri di sekitar
tempat ia mesantren sambil terus mengaji.
Walaupun telah diam di Cakung,
syekh Astari tidak menghentikan kehausannya akan ilmu agama. Kadangkala ia ke
luar cakung untuk mengaji pasaran. Tercatat Syekh astari kemudian mesantren
kepada Syekh Piyan di Laes. Juga kepada Syekh Misbah dan syekh Toyib di Koper.
Termasuk kepada Ki romli di Cideng Kresek. Juga kepada beberapa kiayi yang
lain.
Sekitar tahun 1920 Syekh astari mendirikan
pesantren di cakung. Berdatanganlah para murid dari berbagai daerah.Syekh
astari menekuni pesantren sampai kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun
1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar