Welcome

***SELAMAT DATANG DI PPDI KOTA SERANG***

TERKINI

PENGEMBARAAN ILMIYAH SYEKH ASTARI CAKUNG

            Selain kepada ayahnya maulana Ishaq, Syekh Astari kecil mula-mula belajar ngaji di kampungnya kepada Ki Muhammad Zen, seorang ulama yang juga mempunyai garis keturunan kepada Syekh ciliwulung. Kalau Syekh astari mempunyai garis keturunan kepada Syekh Ciliwulung melalui anak perempuannya yang bernama Nyai Ratu Fatimah,ibu Syekh Hasan Basri,  maka Ki Muhammad Zein melalui anak laki-laki Syekh Ciliwulung yang bernama Ki Cinding. Memang Syekh Ciliwulung kemudian mempunyai banyak keturunan yang menjadi para kiayi khususnya di wilayah Kresek, Binuang dan Gunung Kaler dan umumnya di Banten Utara. Di daerah Tanara, Tirtayasa dan Carenang banyak para ulama yang juga mempunyai garis keturunan kepada Syekh Ciliwulung melalui putra Syekh Ciliwulung yang bernama Ki Sauddin.
            Kita bisa menyebutkan beberapa contoh para kiayi yang mempunyai garis keturunan kepada Syekh Ciliwulung. Ki Adung seorang kiayi dari laban Tirtayasa adalah seorang kiayi yang memiliki garis keturunan kepada syekh Ciliwulung melalui Ki Sauddin. Begitu juga Kiayi soleh dan kiayi Fathoni Lempuyang. Ki Syafei bin Makiyya dari Kebon Jeruk memiliki garis keturunan kepada syekh Ciliwulung melalui Ki Cinding. Ki Amran Bugel juga keturunan Syekh Ciliwulung melalui Nyi Ratu Fatimah. Sedangkan di Kresek Abuya Amin koper bersambung silsilahnya melalui Nyai Ratu Fatimah. KH. Mufti bin Asnawi seorang ahli fiqh dari Cakung srewu memiliki garis keturunan kepada Syekh ciliwulung melalui Ki Syueb.  Syekh Asnawi Caringin melaui ibunya juga keturunan Sekh Ciliwulung dari Ki Cinding. KH. Makmun, Ki Busyra dan Ki Salim yang kesemuanya anak Ki Muhammad zen Cakung guru Syekh Astari memiliki garis silsilah kepada Syekh Ciliwulung melalui Ki Cinding. Dan masih banyak kiayi yang masih hidup yang memiliki garis keturunan dengan syekh Ciliwulung.
            Garis nasab para ulama Banten Utara bisa dikatakan didominasi oleh dua garis silsilah yaitu garis silsilah Pangeran Sunyararas tajul arsy Tanara dan syekh Ciliwulung Cakung. Dari garis Pangeran Sunyararas tajul arsy, kita bisa menyebutkan beberapa ulama seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Umar Rancalang, SYekh Nawawi Mandaya dan syekh Abdul Karim yang merupakan khalifah toriqoh Al Qodiriyah wa al Naqsyabandiyah.
            Kembali kepada pembahasan masa belajar Syekh Astari.
            Dikisahkan Syekh Astari kecil ketika mulai mengaji kepada Ki Muhammad zen selalu datang sebelum teman-temannya datang dan pulang setelah semuanya pulang. Walaupun datang pertama kali, syekh astari tidak langsung mengaji tapi dia menyimak pengajian teman-temannya satu persatu. Ia membuka halaman al Qur’annya teman. Inilah yang membuat Syekh Astari sekali mengaji dapat berpuluh kali lipat pelajaran daripada teman-temannya dalam semalam.
            Suatu ketika Ki Muhammad zen ketiduran  ketika Syekh astari sedang mengaji karena Syekh Astari mengaji terakhir dan waktu sudah larut. Walaupun mengetahui gurunya tertidur Syekh Astari tetap terus membaca al Qur’an. Karena murid hanya boleh berhenti mengaji apabila gurunya memerintahkan berhenti. Rupanya karena lelah Ki Muhammad zen tidur cukup lama. Walaupun syekh Astari merasa lelah karena terus membaca al Qur’an ia tetap tak mau berhenti sampai gurunya bangun dan menyuruhnya berhenti. Ketika Ki Muhammad Zen terbangun alangkah kagumnya ia kepada Syekh Astari ketika mendapatinya masih terus mengaji di hadapannya. Ki Muhammad yakin suatu saat nanti Syekh Astari kecil akan menjadi ulama besar yang akan menjadi tumpuan umat.

            Setelah menganjak remaja, syekh Astari diserahkan orang tuanya untuk mesantren kepada syekh Jaliman di Bunar-Pematang.

1 komentar: