Syekh Astari berasal dari keluarga
yang sangat kuat memegang tradisi kesantrian. Ayahnya, Maulana Ishaq, walaupun
seorang pedagang adalah seorang yang taat menjalankan nilai-nilai agama. Di
tengah kesibukannya berdagang, ia juga mengajar ngaji kepada para anak-anak di
kampungnya. Kedermawanan adalah sifatnya yang sangat menonjol. Berdagang,
mungkin, hanya dijadikan sebagai suatu media bagaimana ia dapat berbuat sesuatu
untuk orang lain. Dikisahkan setiap datang dari pasar ia selalu membawa
berbagai oleh-oleh. Dan oleh-oleh yang ia bawa bukan hanya untuk keluarganya di
rumah, tapi juga untuk para tetangga. Iapun rajin mendatangi rumah-rumah
tetangga dan menanyakan apakah para tetangga itu mempunyai beras atau tidak.
Akhlak para sahabat seperti Umar
bin Khatab dan Sayyidina Ali Zainal Abidin bin sayyidina husein ra., seperti di
atas yang dimiliki Maulana Ishaq kemudian diwarisi oleh putranya yaitu Syekh
Astari Cakung yang akan dijelaskan kemudian.
Syekh Astari mempunyai ibu bernama
Nyi Ratu Nasiah. Sama seperti suaminya ia juga berdagang pakaian, ragi dan
boreh. Boreh adalah sejenis bedak yang terbuat dari tepung beras dan
rempah-rempah yang sangat masyhur dipakai oleh para gadis dan ibu-ibu di Banten
untuk mempercantik diri dan Nampak awet muda. Sifat suaminya yang dermawan juga
dimiliki oleh Nyi Ratu nasiah. Ia juga dikenal begitu dermawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar