Goa Umbul selain dikenal sebagai
tempat pertapaan Maulana Hasanuddin, juga sangat mashur dengan kisah
pertarungan Sembilan biawak besar penunggu goa Umbul melawan ular besar yang
mnyerang goa. Ukuran besarnya ular itu
kira-kira sepohon kelapa sedangkan panjangnya memanjang cukup panjang. Bahkan
beberapa kepercayaan menyebutkan kepala ular itu berada di depan mulut goa
sedangkan ekornya masih ada di Merak-Cilegon.
Peristiwa pertarungan antara biawak
besar penunggu goa dengan ular besar itu terjadi beberapa hari sebelum
peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Karena yang bertarung adalah makhluk-makhluk
besar maka menimbulkan suara kegaduhan yang cukup menarik perhatian warga.
Pertarungan itu berlangsung
kira-kira selama limabelas hari mulai dari ba’da ashar sampai maghrib datang.
Anehnya ular itu datang dan pergi dari satu jalan. Artinya ia pulang dari bekas
jalan yang dilaluinya ketika datang sehingga tidak merusak pohon padi yang lain
selain yang ia lalui ketika pertama datang. Peristiwa itu terjadi secara dzahir
dapat disaksikan oleh siapapun yang hadir. Anak-anak, remaja, orang dewasa,
laki-laki dan perempuan dapat menyaksikan peristiwa itu. Suara menggelegar
bagai petir kadangkala terdengar dari benturan akibat pertarungan. Tiga biawak
menjaga pintu goa. Sedangkan enam lainnya bertarung menghadapi ular. Apabila di
antara enam biawak ini ada yang terluka, maka salah satu dari tiga penjaga
pintu goa ini maju ke depan. Sedangkan yang terluka ini kemudian memasuki goa
untuk minum dan menyelam dalam air yang terdapat dalam goa.
Anehnya setelah meminum dan
menyelam dalam air yang terdapat dalam goa luka-luka biawak ini segera sembuh.
Kemudian setelah sembuh ia bergantian menjaga goa dan apa bila ada yang terluka
dari enam biawak yang bertarung maka salah satu di antara tiga penjaga goa itu
maju ke depan dan terus demikian. Sampai akhirnya ular besar itu kalah dalam
pertarungan.
Menurut keyakinan sebagian orang,
kekalahan ular itu menjadi isyarat akan kekalahan PKI yang berusaha memberontak
terhadap pemerintah Republik Indonesia. Walaupun PKI telah berhasil membunuh
tujuh jenderal tapi secara umum pemberontakanya gagal. Jika ular itu sampai
bisa masuk dan menduduki goa niscaya PKI akan menguasai Indonesia.
KH. Maujud Astari yang mendengar
cerita itu dari Syekh Jamhari mulanya hanya menganggap kisah biawak itu hanya
sebuah cerita. Tetapi ketika ia berkunjung ke goa Umbul pada tahun 2007 beserta jamaah majlis
Dzikir Al-Hudro perumahan Korem Serang dengan dua mobil dan diiringi motor pada
hari jum’at jam 11 siang, ternyata memang biawak itu ada di depan mulut goa.
Jumlah biawak yang dapat dilihat H. maujud dan rombongan berjumlah 5 biawak. Di
antara 5 biawak itu ada yang berwarna putih. Kebetulan H. Maujud membawa
Handycam dan kamera seraya ia memotret biawak tersebut namun aneh biawak
tersebut tidak kena di foto begitu pula dengan handycam.
Menurut cerita KH. Maujud, kemudian
ia berdo’a: “Ya Allah perkenankanlah Saya masuk ke dalam goa ini, karena saya
ingin berdo’a untuk Negara Indonesia agar seluruh rakyatnya betul-betul
menikmati kemerdekaan dalam kemakmuran.” Akhirnya ia diberi ilham untuk masuk
melalui atas goa. Ia pun menaiki bebatuan di atas goa untuk menghindari biawak
yang menunggu mulut goa. Setelah sampai atas goa ia melihat sebuah lobang yang
menuju ke dalam goa. Aneh, walaupun lobang ini cukup besar tapi rerontokan
daunpun nampaknya tidak bisa masuk ke dalam goa. Sepertinya goa ini ditunggu
makhluk gaib yang senantiasa menjaga kebersihan goa.
Kemudian KH Maujud datang kembali
ke goa Umbul bersama jamaah majlis dzikir Bunut di antaranya H. bauti, Mahfudz
dan H. Mansur. Kembali KH. Maujud dan jamaah dapat melihat biawak-biawak itu.
Pak Adam Malik, salah seorang wakil presiden pak harto, beliau pernah membawa
biawak-biawak ini beserta kotoran kelalawar sekitar goa dalam karung-karung untuk
pupuk. Namun setelah sampai tujuan yang tersisa hanya karung-karungnya saja,
sedangkan biawak dan kotoran kelalawar itu hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar