Kehidupan yang indah. Itulah kesimpulan
bila kita mengenang tokoh syekh Astari cakung. Ketika masa hidup beliau setiap
hari Kampung cakung ramai oleh para peziarah yang ingin memohon do’a dan
keberkahan dalam kehidupan mereka. Mulai dari petani, pedagang, nelayan,
pejabat tinggi sampai rendahan, anak-anak semuanya ingin bertemu dengan syekh
astari dan memohon petunjuk akan masalah yang merek hadapi.
Setiap orang yang pernah berkunjung
kepada beliau mendapatkan kesan yang begitu dalam. Bahkan tak jarang mereka
mendapatkan hal-hal gaib dan aneh yang berada di luar aqal. Bisa dikatakan
Syekh astari adalah Wali yang banyak Allah dzahirkan keramatnya kepada manusia
pada zamanya. Buku kecil ini bukanlah buku penelitian juga bukan buku pencakup
seluruh keramat-keramatnya karena waktu yang tidak cukup untuk mendatangi para
orang-orang yang memiliki kisah-kisah indah bersama Syekh astari. Buku kecil
ini hanyalah setetes embun dari segara kisah tentang beliau.
Penulis akan memberikan beberapa
kisah tentang syekh astari yang penulis dapatkan dari orang-orang yang berada
di lingkungan penulis saja.
Ustad Karman dari talok menyebutkan
ada seorang pedagang minyak wangi dari Balaraja mengaku selalu berdagang sepi
dan rugi. Suatu ketika minyak wanginya ini di ambil tanpa permisi oleh Syekh
Astari. Sang pedagang ini membiarkan saja. Lalu Syekh Astari menyemprotkan
minyak wangi itu kepada orang-orang yang ditemuainya. Setelah kejadian itu,
dagangannya menjadi laris dan maju.
Ia juga meriwayatkan, ada dua orang
dari bekasi meminta Ki Karsam (mertuanya) untuk mengantar mereka ke Syekh
astari. Setelah sampai rumah beliau, beliau berkata sambil menghadap kiblat
“ada orang yang ditunggu kuburan tigahari lagi!” singkat cerita, dua orang dari
bekasi ini pulang. Kebetulan tujuan ke rumah mereka melewati kali, dan harus
naik perahu bila mau samapai. Ternyata perahu ini terbalik dan salah seorang di
antara mereka meninggal tepat di hari yang ketiga seperti yang dikatakan Syekh
Astari.
Ia juga meriwayatkan pertemuan
pertamanya dengan syekh astari. Setelah sampai di hadapan syekh Astari, beliau
berkata: “Alhamdulillah, saya kedatangan tamu dari Petir, Rembang dan Cianjur”.
Ustad Karman kaget, nama-nama daerah yang disebutkan syekh astari itu adalah
nama-nama tempat ia mesantren padahal ia belum pernah bercerita di mana ia dulu
mesantren.
ia juga mengkisahkan tentang rencana
kondangan H. Abdul ghani dan rombongan ke Petir. Karena mobil sudah penuh
akhirnya Syekh astari yang berencana ikut di tinggal karena tempat yang kosong
hanya di belakang. Menurut H. Abdul Gani tidak pantas syekh Astari duduk di
belakang sedangkan di depan juga sudah ada kiayi lain yang sudah duduk.
Kebetulan syekh Astari belum datang. Akhirnya mobil ini berangkat tanpa Syekh
astari. Sampai renged tepatnya di ki buyut Ketul mobil ini mogok. Para mekanik
berusaha menservis mobil ini agar jalan, tetap saja mobil ini mogok. Akhirnya
setelah lama barulah H. abdul ghani ingat bahwa ia telah meninggalkan Syekh
astari, akhirnya Syekh astari disusul. Setelah Syekh Astari duduk, mobil ini
langsung menyala setelah di engkol.
Mang Udin dari cakung menyebutkan,
dulu ia adalah seorang supir. Ketika ia mau berangkat ke Jakarta di kandaggede
ia diberhentikan oleh syekh Astari dan memintanya untuk mengantarkan ke
Koja-Bolang. Dia mengatakan tidak bisa karena sedang buru-buru berangkat ke
Jakarta. Secara tiba-tiba mobilnya mogok. Orang-orang yang ada di sekitar jalan
membantu mang udin mendorong mobil, tapi tetap mogok. Akhirnya mang udin
mempersilahkan Syekh astari duduk dalam mobil. Kemudian mobil didorong lagi dan
langsung menyala.
Mang Buang mengkisahkan, di
Pesantren syekh astari ada sebuah pohon kelapa tumbang. Para santri berusaha
mengangkatnya. Karena kelapa ini besar mereka tidak kuat. Pada waktu malam
kemudian Syekh Astari keluar dari rumah. Mang buang memperhatikan kemana Syekh
astari malam-malam begini mengenakan kaos dan celana komprang. Ternyata ia
mendekati pohon kelapa yang tumbang itu. Kemudian Syekh astari mendekatkan
jempol kakinya ke pohon kelapa itu. Dan kemudian menjungkitkan jempol kakinya.
Subhanallah hanya dengan menjungkitkan jempol kakinya akhirnya pohon kelapa ini
terangkat sampai ketempat pembuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar